Rangkumnews.com Sarolangun – Forum Kepala Desa Kecamatan Air Hitam dalam waktu dekat akan Memanggil para Pendamping Suku Anak dalam (SAD), yang selama ini tidak di ketahui Oleh Pemerintah Desa.
Hal ini dikatakan Suseno Kepala Desa (Kades)Lubuk Jering saat di wawancara para Wartawan saat usai mengikuti Rapat koordinasi Forkopimda dalam penyelesaian konflik warga pasca penembakan tiga orang Security oleh warga SAD, beberapa waktu lalu.
“Menurut Suseno Setelah terjadi insiden Penembakan 3 Security ini, Upaya Hukum Harus tetap dilakukan secara Tegas Kepada Oknum Pelaku Penembakan, Agar Hal ini Tidak berimbas ke masyarakat yang lain.” Terangnya.
Di Samping itu, Suseno juga mengatakan bahwa Suku Anak Dalam saat ini sudah banyak Pendamping pendamping yang tidak di ketahui Oleh Pemerintah Desa setempat.
“Jadi Harapan kita nanti Pendamping Suku Anak Dalam yang tanpa Sepengetahuan Pemerintah Desa, akan Kita Panggil semua, Agar kedepan Antara Pemerintah Desa dan Pendamping SAD satu Visi dan Misi untuk Membangun Suku Anak Dalam yang ada di Kabupaten Sarolangun.”
Masih Suseno” Untuk Saat ini Salah satu Pendamping warga Suku Anak Dalam (SAD) yang Aktif saat ini adalah Wahana Observasi (Warsi).
” Yang Bersama-sama Kita ketahui dan tidak menutup kemungkinan Pendamping SAD saat ini yang ada di Kecamatan Air Hitam Salah satu nya Warsi, maka dari itu nanti kita akan panggil kawan kawan Warsi Beserta Kepala Desa yang ada di kecamatan air hitam, yang berkaitan dengan suku anak dalam untuk kita dudukan kembali, Agar Singkron antara Pendamping SAD dan Pemerintah Desa setempat, satu persepsi untuk membangun ekonomi masyarakat SAD yang ada di air hitam.” Sebut Suseno
Lebih lanjut Suseno Menjelaskan bahwa” sejauh ini pihak Pemerintah Desa memang belum ada Berkomunikasi dengan Pihak Warsi terkait pembahasan tentang Suku Anak Dalam ke Depannya.
“Namun Menurut Informasi yang Kita Dapatkan, Kegiatan Mereka Salah Satunya untuk Pemberdayaan, tetapi sampai saat ini Sudah Sepuluh Tahun Berlalu Belum Kita Lihat Hasil Dari Pemberdayaan yang Mereka Sebut, Malah Kita Melihat Perbandingan Sepuluh Tahun yang Lalu dengan Sekarang, dulu nya warga SAD itu Sangat kental dengan Adat, Namun Hari ini Semuanya sudah berubah, dulu nya Warga SAD takut untuk keluar Didesa, Namun Sekarang sudah berani, bahkan Berani Mengambil Sesuatu yang Bukan Haknya, Beranjak Dari Hal Tersebut ini Akan Menjadi Evaluasi Bagi kita Kedepan, dan kita Akan Terus Menyelidiki Siapa Dalang di Balik Semua ini,.
” Untuk itu Kami Akan berkalaborasi dengan Pemerintah Kabupaten, TNI, dan Polri Untuk Bersinergi dan Bekerjasama untuk Memberikan Kembali Pemahaman-pemahaman Kepada Warga Suku Anak Dalam yang Selama ini Notabene nya Kebal dengan Hukum, Namun Semua Warga Negara Indonesia itu Sama Di Mata Hukum, tidak Ada Perbedaan, untuk Itu kita memohon kepada pihak penegak hukum Baik Warga SAD Maupun Warga biasanya Sama Di Mata Hukum, Karna Kita Menganut Hukum di Negara Yang Sama.”Harap Seno”.
Hal yang sama juga di Ungkapkan Hendri Kepala Desa (Kades) Pematang kabau. “Juga sepakat dengan apa yang di Sampaikan Suseno, namun yang perlu di garis bawahi adalah Suku Anak Dalam adalah Tanggung jawab kita.
” Supaya Kedepan kita Bersama-sama untuk Membina dan Membimbing Warga Suku Anak Dalam ini sesuai dengan harapan kita, Agar Kedepannya jelas siapa Orang serta Instansi dan Institusi yang paling bertanggung jawab dalam Penanganan Suku Anak Dalam ini, Jangan Hanya Memikirkan Persoalan Ekonomi SAD saja, tapi yang Paling penting adalah Moralitas, Serta Pola Pikir (Mindset) Mereka yang Harus di Rubah, Agar Mereka ke Depan Berpikir dengan Hal yang Positif. “Ujar Hendri”.
“Untuk Hal Lainnya, Saya lebih Cenderung ke Arah Pendidikan dan Mental warga Suku Anak Dalam, Agar Lebih di Perhatikan untuk Upaya Perbaikan ke depannya.
Selain itu, Terkait apa saja Program dari Warsi dalam Pembinaan warga SAD, Saya Tidak tahu, Karena Selama ini, Kita Tidak Pernah Mendapat Laporan Dari Warsi Terkait Pembinaan Terhadap SAD, Karena tidak ada Komunikasi jadi Persoalan ini saya tidak bisa menjawab.” Pungkas Hendri”.
Reporter : Budi Pratama.