Peran Genetik dan Golongan Darah A,B, dan O di Kasus Covid-19

Informasi, Nasional50 Dilihat

Rangkumnews.com — Perusahaan genomik dan bioteknologi 23andMe mengungkapkan bahwa faktor genetik mempengaruhi tingkat penyakit virus corona Covid-19 (SARS-CoV-2) pada tubuh manusia.

Selama ini, 23andMe mengatakan varian genetik tertentu dapat membuat seseorang kurang atau lebih rentan untuk mengembangkan penyakit menular, seperti HIV, malaria dan norovirus.

23andMe diketahui telah berkontribusi pada bidang penelitian tersebut. Mereka menerbitkan sebuah penelitian pada tahun 2017 yang mengidentifikasi hampir 60 varian genetik yang terkait dengan kerentanan terhadap satu dari 17 penyakit menular.

Melansir Technology Networks, 23andMe mengumumkan data awal penelitian atas pengaruh genetik terhadap SARS-CoV-2 menunjukkan bahwa gen ABO mempengaruhi kerentanan manusia terinfeksi Covid-19.

Temuan awal itu berdasarkan analisis terhadap lebih dari 750.000 data individu. Dalam data yang tersedia dari survei, persentase responden yang melaporkan tes positif untuk Covid-19 lebih rendah untuk individu dengan golongan darah O (1,3 persen), dibandingkan dengan golongan darah A (1,4 persen), B (1,5 persen), dan AB (1,5 persen).

23andMe menyebut individu dalam kelompok A, B, dan AB tidak berbeda secara statistik satu sama lain. Bahkan, pihaknya menyesuaikan usia, jenis kelamin, BMI, ras, etnis dan co-morbiditas.

Untuk menilai golongan darah sehubungan dengan risiko tertular infeksi, 23andMe membatasi data untuk individu dengan probabilitas paparan yang tinggi. Hasilnya pelaporan tes Covid-19 positif menjadi 3,2 persen untuk golongan darah O, 3,9 persen untuk A, 4,0 persen untuk B, dan 4,1 persen untuk AB.

Dalam persentase seluruh populasi, individu dengan golongan darah O adalah 9 hingga 18 persen lebih kecil untuk dites positif jika dibandingkan dengan kelompok lain. Orang yang “terpajan” dengan golongan darah O adalah 13 hingga 6 persen lebih kecil untuk dites positif.

Melansir Chemical & Engineering News, direktur imunohematologi di Universitas Michigan, Laura Cooling mengatakan kaitan golongan darah dengan Covid-19 didasarkan pada penelitian yang dilakukan selama epidemi sindrom pernapasan akut (SARS) akibat infeksi virus SARS-CoV-1.

Penelitian pada SARS-CoV-1 menyampaikan bahwa spike protein partikel virus sering membawa antigen gula golongan darah dari sel inang yang terinfeksi untuk menghasilkan patogen.

Dalam penelitian itu, Cooling menyebut golongan darah ditentukan oleh molekul gula tertentu yang ditambahkan ke protein atau lipid pada sel darah manusia dan jenis sel lainnya. Orang dengan darah tipe A membawa apa yang disebut antigen gula.

Dalam kasus infeksi virus SARS-CoV-2, Cooling mengarahkan spike protein yang merupakan molekul kunci yang digunakan virus untuk menginfeksi sel diketahui sangat glikosilasi.Sedangkan orang yang memiliki darah tipe B memiliki antigen B dan orang dengan darah tipe O tidak memilikinya.

“Protein lonjakan telah menghasilkan berton-ton gula, dan virus ini meminjam enzim inang untuk menyatukan gula-gula itu,” ujar Cooling.

Sejalan dengan itu, sistem kekebalan orang dengan darah tipe A mengembangkan antibodi untuk antigen B. Sedangkan orang dengan darah tipe B memiliki antibodi untuk antigen A dan orang dengan darah tipe O memiliki antibodi untuk keduanya.

Glikobiologis di Universitas Nantes, Jacques Le Pendu mengatakan SARS-CoV-2 dapat mereplikasi di dalam sel yang mengekspresikan antigen golongan darah. Dia berkata ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, mereka mungkin melepaskan partikel virus yang dilapisi antigen golongan darah mereka.

Itu berarti jika seseorang dengan darah tipe A menularkan virus ke orang dengan darah tipe O, orang tipe O akan memiliki antibodi yang dapat melawan virus. Namun, jika orang dengan darah tipe A menghirup partikel tipe A, mereka tidak akan memiliki antibodi itu.

Dalam studi laboratorium berikutnya, Le Pendu menemukan bahwa antibodi terhadap antigen tipe A menghalangi interaksi antara protein lonjakan SARS-CoV-1 dan reseptor sel inang yang digunakannya untuk masuk ke dalam sel. Namun, kondisi itu berlaku jika partikel virus telah dibuat dalam sel yang bisa mengekspresikan antigen A.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *