Oleh : Dr. Arfa’i, SH,.MH
Dosen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Jambi
Rangkumnews.com – Tepat Hari ini Tanggal 17 Agustus 2025 Indonesia berumur 80 tahun. Umur 80 Tahun ini merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia hingga merayakannya dengan berbagai macam perlombaan, pawai Pembangunan.
Bahkan di Gedung MPR dan DPR terjadi nostalgia bersama antara MPR,DPR dan Presiden dengan berbagai agenda kegiatan yang diakhiri dengan pidato berisi Impian dan janji janji untuk tahun tahun berikutnya hingga rakyat merasa terbuai.
Kita Masih Bersatu
Perayaan 80 tahun Indonesia merdeka bukanlah suatu yang datang dengan sendirinya, namun penuh dengan perjuangan dengan harta, darah dan nyawa, tentunya itu dirasakan oleh para pejuang dan pendiri negara ini.
Dalam perjuangan ini tidak dilihat sukunya, asal daerahnya ataupun Bahasa daerah, semua Bersatu pada satu tujuan berdirinya negara Indonesia yang Merdeka.
Sedangkan generasi saat ini tidak akan pernah merasakan secara langsung perjuangan mereka, sebab semua euporia dengan dunia media sosial.
Oleh karena itu, adalah pantas ada satu pertanyaan yang mesti dijawab oleh bangsa ini mengapa kita masih Bersatu sampai 80 tahun?
Pernyaan di atas menjadi hal yang penting, mengingat bangsa ini dibentuk dengan berbagai macam suku bangsa, berbagai Bahasa, berbagai daerah kepulauan yang berbeda, bahkan pada awalnya berbentuk Kerajaan-kerajaan kecil dengan sistemnya sendiri namun secara ihklas Bersatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonsia ini.
Hal tersebut berarti ada sesuatu yang sangat hebat atau sangat tinggi nilainya sehingga mampu menyatukan semua unsur dalam bangsa ini.
Jika kita Kembali menelaah Sejarah, dalam literatur akademik telah diungkapkan, pernah ada dialog antara Presiden Soekarno dengan Presiden Yugoslavia, Josef Broz Tito, setidaknya pembicaraan keduanya adalah sebagai berikut :
Presiden Soekarno bertanya “Tuan Tito: jika anda meninggal nanti, bagaimana Nasib bangsa anda?.
Menjawab pertanyaan itu, Dengan bangga, Josef Broz Tito berkata pada Soekarno “Aku memiliki tentara-tentara yang berani dan Tangguh untuk melindungi bangsa kami”.
Kemudian, Josef Broz Tito balik bertanya pada Soekarno dengan pertanyaan yang sama “lalu bagaimana dengan negara anda, sahabatku?.
Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Presiden Soekarno lalu dengan tenang berkata “ Aku tidak khawatir, karena aku telah meninggali bangsaku dengan sebuah way of life yaitu Pancasila”.
Berdasarkan dialog tersebut, pada akhirnya didapatkan realita kenyataan yakni negara Yugoslavia yang memiliki tentara-tentara yang berani dan Tangguh ternyata bubar dan pecah menjadi 7 (tujuh) negara kecil, seperti Serbia, Kroasia, Bosnia, Slovenia, Mentenegro, Kosovo dan Makedonia.
Bandingkan dengan Negara Indonesia yang hanya memiliki way of life yang dinamakan dengan Pancasila tetap berdiri kokoh sampai 80 tahun.
Padahal jika dilihat dari potensi disintegrasi bangsa begitu besar karena terdiri dari pulau-pulau yang setiap pulau-pulau terdiri dari manusia manusia yang berbeda beda karakternya. Artinya hal pertama yang menjadikan kita masih Bersatu adalah kita punya Pancasila sebagai pandangan/pedoman/acuan hidup bangsa Indonesia baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila itu merupakan lima prinsip dasar, nilai nilai baik yang dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia yang diikat dengan kata kuncinya yakni Bhineka Tunggal Ika.
Secara hakekatnya Bhineka Tunggal Ika telah tertanam dalam sanubari setiap manusia Indonesia mengenai kenyataan di Negara Republik Indonesia ada banyak perbedaan, namun dalam menanggapi dan menghadapi perbedaan-perbedaan tersebut satu kata kunci yang selalu dipegang teguh oleh setiap manusia Indonesia yakni tetap satu sebagai Bangsa dan Negara Republik Indonesia.
Selanjutnya, ternyata kita tetap Bersatu sampai 80 tahun juga terjadi karena proses pembentukan negara Republik Indonesia itu sendiri.
Secara Teoritik dikatan oleh Ramlan Surbekti terbentuknya negara ada 2 model utama yakni model ortodok dan model mutakhir.
Model ortodok melihat terbentuknya negara dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu, yang kemudian membentuk negara, seperti pembentukan negara Israel oleh bangsa yahudi. Sebaliknya, model mutakhir dari terbentuknya negara terlebih dahulu, baru kemudian penduduknya membentuk identitas negaranya.
Jika ditelaah dari model tersebut di atas, maka Negara Indonesia dapat dikategorikan masuk pada pembentukan negara model mutakhir.
Hal ini didasari bahwa Negara Indonesia dibentuk karena faktor Sejarah adanya penjajahan, yang berasal dari penduduk dengan berbagai suku bangsa dan ras melalui proses kesadaran politik warna negara muncul sebelum dan bersamaan dengan terbentuknua negara melalui melibatkan partisipasi politik setiap warga negara.
Artinya Kesadaran politik membentuk Negara Indonesia sekaligus kesadaran membentuk identitas negara Indonesia sebagai sebuah bangsa Indonesia yang berasal dari berbagai suku bangsa,agama dan ras.
Identitas negara yang dibentuk tersebut dikenal dengan isi Sumpah Pemuda yakni kesepakatan menjadi sebuah bangsa dengan pernyataan pengakuan bertumpah darah satu, tanah air Indonesia, berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan Bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Jadi hal kedua yang menjadikan kita tetap Bersatu adalah kita mendirikan negara dengan membentuk identitas negara yang baru yang disebut dalam isi Sumpah Pemuda.
Dengan demikian, 80 tahun yang kita nikmati saat ini tidak datang dari langit semata, namun datang karena kesapakatan, pengakuan dan keikhlasan menghilangkan perbedaan dan asal muasal dengan menerima identitas baru sebagai Bangsa Indonesia dan pedoman hidup sebagai bangsa Indonesia.
Mempertahankan keberadaan dan Keutuhan NKRI
Oleh karena itu, diulang tahun Negara Indonesia yang ke 80 ini, penting meletakkan cara pandang bangsa Indonesia untuk mempertahankan keberadaan dan keutuhan negara Indonesia.
Adapun cara mempertahankan keberadaan dan keutuhan NKRI adalah pertama, dengan tetap memperkuat kesadaran sebagai bangsa Indonesia yang memiliki pedoman hidup sendiri sebagai bangsa Indonesia yang tidak sama dengan bangsa lain.
Kedua, penuhi unsur pendukung untuk NKRI tetap Panjang umur sebagai mana dikatakan Prabowo yang mengutif hasil kajian harvart University terhadap peradaban di dunia yang bertahan di atas 300 tahun, yakni terdapat tiga unsur yang harus selalu ada dalam sebuah negara yakni (1). tentara yang unggul, (2). intelijen (polisi) yang unggul dan dan (3). Birokrasi (ASN/Civil Service yang unggul.
Artinya, dalam kondisi geopolitik dan ekonomi dunia saat ini, maka dua cara mempertahankan keberadaan dan keutuhan NKRI menjadi penting agar NKRI bisa berumur di atas 300 tahun.
Dalam aksi nyatanya bangsa Indonesia yakni mulai dari pimpinan negara, elit politik, aparatur negara, pimpinan daerah, aparatur daerah sampai rakyat biasa penting untuk membenahi kekurangan atau kelemahan yang masih dimiliki oleh NKRI seperti masih ada warga negara Indonesia belum sepenuhnya sadar sebagai bangsa Indonesia yang memiliki pedoman hidup dan karakter Indonesia dalam gempuran nilai nilai negative yang beredar di media sosial yang tanpa batas, tentara masih ada konvensional yang sudah mestinya beradaftasi dengan kondisi perperangan modern, Intelijen dan polisi kurang unggul dalam mengatasi persoalan masyarakat dan penegakkan hukum seharusnya menyesuaikan dengan kondisi kekinian sesuai kebutuhan zaman dan birokrasi yang masih ada maunya dilayani bukan melayani mesti sudah sempurna untuk melayani masyarakat. (red)